Banyak orang percaya nenk moyang dari vampire adalah drakula, dikarenakan drakula sangat kuat, berwajah seperti satan (baca : setan), menyedot lebih banyak darah dan lebih abadi dibandingkan vampire. Drakula dibunuh oleh Profesor Van Helsing berdasar cerita yang berkembang, akan tetapi dia hidup lagi dan membabi buta di zaman Blade. Kehidupan kelam dari drakula lah yang menyebabkan drakula memilih mengambil jalan pintas mengikuti aliran sesat dengan meminum darah, istrinya mati bunuh diri membuatnya lebih terpukul. Apakah semua dongeng di atas benar adanya? Apakah benar hubungan antara drakula dan vampire seperti yang telah diceritakan oleh semua orang? Di sini saya akan mengungkapkannya secara history dan ilmiah yang disadur dari beberapa artikel yang saya baca di internet.
Sejarah Drakula dan Vampire
Drakula sebenarnya merupakan nama julukan yang jika kita tahu artinya sama sekali tidak menyeramkan. Penyandang julukan ini memiliki nama asli Vlad Tepes (dibaca tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember tahun 1431 M di benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), yang terkenal juga dengan sebutan Vlad Dracul. Disebut demikian karena keanggotaannya berada dalam Orde Naga. Dalam bahasa Rumania, Dracul berarti Naga, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah Dragon. Sedangkan istilah "Eula" berarti anak dari, sehingga Vlad Tepes lebih terkenal dengan sebutan Vlad Draceula (orang Inggris menyebutnya Dracula), yang berarti Vlad anak dari sang Naga, sama sekali tidak menyeramkan bukan?
Ayahnya merupakan pimpinan militer saat itu, yang memang sangat jarang berada di rumah, sehingga Dracula lebih mengenal ibunya, Cneajna, seorang bangsawan dari kerajaan Moldavia, ketimbang dengan sang ayah. Sang Ibu selalu memberikan perhatian lebih kepada sang anak, akan tetapi itu tidak cukup membuat Dracula menjadi anak yang santun dikarenakan kehidupan yang ia lihat sehari-hari merupakan sebuah tontonan mengerikan apabila terjadi pada saat sekarang. Di waktu itu, Wallachia merupakan tempat dengan situasi yang sangat mencekam. Malam ini sang raja duduk berkuasa, besoknya kepalanya sudah diarak keliling desa oleh para pemberontak. Pemandangan itu sudah terbiasa dilihat oleh Dracula sebagai seorang anak yang seharusnya hidupnya diisi dengan belajar dan bermain.
Pada usia 11 tahun Dracula bersama adiknya Radu, dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan oleh ayahnya sebagai bentuk jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Utsmani yang telah berhasil merebut Wallachia dari tangan Janos Hunyadi dan mensejahterakannya. Selama di Turki, Dracula dan Radu memeluk agam Islam dan belajar di Madrasah untuk memperdalam agama barunya itu. Akan tetapi tidak seperti adiknya yang giat belajar, Dracula justru lebih mementingkan acara melihat eksekusi mati di alun-alun, dia sangat senang melihat kepala tanpa badan yang terpancang di ujung tombak. Sampai sehari saja tidak melihat hukuman mati, dia menangkap burung atau tikus hidup-hidup kemudian menyiksanya dengan tombak kecil hingga mati.
Dengan berstatus muslim, Dracula mendapat kesempatan untuk berlatih kemiliteran dengan pasukan Turki yang sangat terkenal dengan seni bertarungnya. Dalam waktu yang singkat Dracula mampu untuk menguasai semua seni bertarung tersebut, bahkan kemampuannya melebihi pasukan Turki lainnya. Hal ini menarik perhatian Sultan Mehmed II (Sultan Muhammad II). Pada tahun 1448 M, tersiar kabar bahwa ayah dan kakaknya (Mircea) dibunuh dalam kudeta yang didalangi oleh Janos Hunyadi. Hal ini membuat kerajaan Turki mengirimkan pasukannya kembali yang menyertakan Dracula di dalamnya untuk merebut Wallachia dari tangan salib kerajaan Honggaria. Saat itu umur Dracula baru 17 tahun.
Pertempuran itu dimenangkan oleh Turki sehingga Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu sebagian besar pasukan pulang sementara sebagian kecil lainnya tetap tinggal di Wallachia. Tanpa diduga Dracula murtad dan berkhianat pada saat itu. Dia menyatakan memisahkan diri dari Turki dan menangkapi para pasukan Turki yang tersisa kemudian menyekapnya di dalam penjara bawah tanah. Setelah itu mereka digiring dengan telanjang bulat ke tempat eksekusi di pinggir kota, lalu satu persatu dari mereka dibunuh dengan cara disula (menusukkan balok tajam seukuran lengan ke bagian dubur hingga tembus ke bagian yang lain) dan dipancangkan di lapangan.
Dua bulan kemudian Janos Hunyadi kembali merebut tahta itu, tapi kemudian tahun 1456 hingan 1462 Dracula kembali berkuasa dengan menambah teror kekejamannya. Kali ini yang menjadi korban kekejamannya bukan hanya umat muslim melainkan juga umat katholik dan para tuan tanah juga ikut merasakannya. Pada tahun 1462 pasukan Turki dengan dipimpin oleh Radu (adik kandung drakula) menyerang Wallachia dengan 60 ribu pasukan. Rencana ini sudah diketahui oleh Dracula sehingga dia menyambut dengan memancang mayat-mayat para tawanan di sepanjang kiri dan kanan jalan yang sebelumnya di sula secara massal. Pasukan Radu berhasil mengepung benteng Poenari, tempat Dracula berkuasa. Karena ketakutan Dracula melarikan diri lewat lorong rahasia, sementara istrinya memilih untuk bunuh diri dengan lompat dari benteng.
Tahun 1475 Dracula kembali merebut Wallachia dengan bantuan pasukan salib dari Transylvania dan Moldavia. Pada tahun 1476 Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan Turki dibawah pimpinan langsung Sultan Mehmed II. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel untuk dipertontonkan. Sementara tubuhnya di makamkan di biara Snagov oleh para biarawan. Menurut pengakuan banyak orang, selain tawanan perang di sula, ada juga yang dibakar dan bahkan ada juga yang dibunuh terus darahnya diminum oleh Dracula.
Dari cerita kekejaman Vlad Dracula yang juga pernah meminum darah segar manusia ini, dihubungkan dengan sekelompok bangsa vampire yang memang ada mulai abad ke 16. Bahkan dikatakan Dracula merupakan dedengkot dari para vampire ini yang dikatakan oleh orang sebagai penganut Drakulaisme. Pada abad ke 18 Drakulaisme ini semakin santer dikabarkan. Salah satu kejadian dikabarkan oleh tim penyelidik dari Beograd, tepatnya pada tahun 1732. Laporan itu menyebutkan seorang penduduk desa yang telah meninggal selama tiga tahun menyerang penduduk desa. Tapi sepertinya itu merupakan cerita yang dibuat-buat karena sebenarnya ada kelainan yang diderita oleh Vlad Dracul bahkan sampai keturunannya kini.
Kejadian itu diteliti oleh seorang psikologi New York bernama Dr. Kaplan Stephen pada 1988-1989. Dia menyebarkan angket dan mengadakan penelitian ke beberapa negara yang masih merupakan keturunan Vlad Dracula. Responden yang diteliti juga mendapati serangkaian uji tes, dengan menggunkan bawang, salib, bintang daud, air suci dan tes ESP (Ekstra Sensory Perseption)
Dari penelitian tersebut diketahui beberapa ciri khusus orang keturunan bangsa Vampire. Yaitu darah segar merupakan kebutuhan vital bagi bangsa tersebut, minimal 1 ons dalam seminggu. Tetapi bangsa vampire dilarang mengambil darah dengan kekerasan, berbeda di film kebanyakan. Bangsa vampire juga tidak suka dengan darah orang sakit dan darah yang banyak mengandung bawang, karena bawang bisa menghilangkan lemak darah, padahal lemak darah itulah yang paling dibutuhkannya sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang begitu lama. Keturunan bangsa vampire itu kini telah tersebar di seluruh dunia.
Berpikir Ilmiah
Kelihatannya bangsa vampire itu memiliki anemia, sehingga mereka sangat membutuhkan darah dalam jumlah yang besar. Akan tetapi orang anemia tidak bermasalah apabila kulitnya terkena sinar matahari langsung ataupun memakan bawang. Untuk sementara secara ilmiah tidak bisa dibuktikan bahwa bangsa vampire benar-benar ada. Akan tetapi bagian dari Anemia akut tersebut adalah "acute intermittent porphyria" atau yang lebih dikenal dengan porphyria. Istilah porphyria diambil dari bahasa Yunani yaitu porphura yang berarti pigmen ungu. Disebut demikian karena warna ungu yang muncul pada cairan tubuh pasien yang terserang. Selain dapat diturunkan secara genetik, penyakit ini dapat dipicu oleh faktor lain seperti penggunaan obat-obatan tertentu, alkohol, kontrasepsi hormon, dan sebagainya. Pada kondisi lingkungan tertentu dan asupan nutrisi tertentu dapat terbentuk δ-aminolevulinate dan porphobilinogen yang menyebabkan gangguan abdominal akut dan disfungsi saraf.
Salah satu bentuk kelainan porphyria adalah dapat membuat kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari, membuatnya rapuh dan mudah rusak. Bentuk porphyria lain yang jarang terjadi, akan menghasilkan akumulasi uroporphyrinogen I, suatu isomer dari prekursor protoporphyrin. Zat ini menyebabkan urine berwarna merah, membuat gigi sangat mengkilat jika terkena sinar ultraviolet, dan membuat kulit abnormal jika terkena sinar matahari.
Boleh jadi kondisi genetik seperti inilah yang mengawali adanya mitos tentang vampir. Seseorang yang terkena penyakit ini, membutuhkan banyak darah karena dia mengidap anemia dan dia menghisap darah orang lain di malam hari karena pada siang hari kulitnya mungkin bisa melepuh apabila terkena sinar matahari.
Pada Januari 1964, makalah yang membahas porphyria dan etiologi manusia serigala diterbitkan di Proceedings of the Royal Society of Medicine. Lebih lanjut, pada tahun 1985, David Dolphin memublikasikan makalahnya yang berjudul “Porphyria, Vampires and Werewolves : The Aetiology of European Metamorphosis Legends”, yang kemudian menuai beragam kontroversi.
Antara lain karena meski penderita porphyria mendapat terapi injeksi heme, bagaimanapun darah yang diminum (seperti yang dilakukan oleh vampir) akan masuk ke sistem pencernaan dan diuraikan. Jadi penderita penyakit ini tidak berbahaya untuk sekarang karena terapi yang diberikan. Akan tetapi bagaimana halnya yang terjadi pada abad ke 16, 17, dan 18 dimana terapi ini belum ditemukan? Kemungkinan bisa saja vampire beraksi dengan menyedot darah para tumbalnya langsung sehingga belum bisa dikatakan dongeng vampire merupakan khayalan belaka.